Rabu, 25 Mei 2011

PERUBAHAN ANATOMI DAN FISIOLOGIS PADA IBU HAMIL

1.PERUBAHAN SISTEM REPRODUKSI

Pada kehamilan terdapat perubahan seluruh tubuh wanita khususnya pada alat genetalia eksterna dan interna dan payudara (mamma) untuk menunjang perkembangan dan pertumbuhan janin dalam rahim. Perubahan yang terjadi disebabkan oleh hormon-hormon yang disekresi yaitu somatomammotropin, estrogen dan progesteron. Adapun perubahan yang terdapat pada wanita hamil, antara lain:

a. Uterus
Uterus akan membesar pada awal kehamilan di bawah pengaruh estrogen dan progesteron yang meningkat. Pembesaran ini pada dasarnya disebabkan oleh hipertropi otot polos dan serabut-serabut kolagen jaringan uterus menjadi higroskopis. Uterus yang semula sebesar telur ayam atau beratnya 30 gr menjadi seberat 1000gr padaakhir kehamilan.
Tumbuh membesar primer, maupun sekunder akibat pertumbuhan isi konsepsi intrauterin. Estrogen menyebabkan hiperplasi jaringan, progesteron berperan untuk elastisitas / kelenturan uterus.
Taksiran kasar perbesaran uterus pada perabaan tinggi fundus :
– tidak hamil / normal : sebesar telur ayam (+ 30 g)
– kehamilan 8 minggu : telur bebek
– kehamilan 12 minggu : telur angsa
– kehamilan 16 minggu : pertengahan simfisis-pusat
– kehamilan 20 minggu : pinggir bawah pusat
– kehamilan 24 minggu : pinggir atas pusat
– kehamilan 28 minggu : sepertiga pusat-xyphoid
– kehamilan 32 minggu : pertengahan pusat-xyphoid
– 36-42 minggu : 3 sampai 1 jari bawah xyphoid
Regangan dinding rahim karena besarnya pertumbuhan dan perkembangan janin menyebabkan isthmus uteri makin tertarik ke atas dan menipis membentuk segmen bawah rahim (SBR). Pertumbuhan rahim ternyata tidak sama ke semua arah, tetapi terjadi pertumbuhan yang cepat di daerah implantasi plasenta sehingga uterus bentuknya tidak sama. Bentuk rahim yang tidak sama disebut Tanda Piskacek. Perimbangan hor,onal yang mempengaruhi uterus yaitu estrogen dan progesteron sering terjadi perubahan konsentrasi sehingga progesteron mengalami penurunan dan menimbulkan kontraksi uterus yang disebut Tanda Braxton Hicks.

b. serviks
Peningkatan hormon estrogen danprogesteron menyebabkan serviks bertambah vaskularisasinya dan menjadi lunak (soft) disebut Tanda Hegar. Pada korpus uteri mengandung lebih banyak jaringan otot sedangkan serviks lebih banyak mengandung jaringan ikat kolagen, hanya 10% jaringan otot. Hal ini memungkinkan serviks terbuka mengikuti tarikan-tarikan korpus uteri ke atas dan tekanan bagian bawah janin sehingga terjadi pembukaan lengkap pada kala I persalinan.
•prostaglandin dilepaskan dari jaringan untuk perlunakan serviks
•effacement atau pemendekan terjadi pada primigravida pada 2 minggu terakhir

c. vagina dan vulva
- Vagina dan vulva mengalami peningkatan vaskularisasi karena pengaruh estrogen sehingga tampak makin merah dan kebiru-biruan (Tanda Chadwicks).
- Mukosa vagina jadi lebih tebal, otot vagina mengalami hipertrofi dan terjadi perubahan susunan jaringan ikat di sekitar sehingga vagina mudah berdilatasi dan dapat melewatkan janin pada waktu partus.

d. Ovarium
Pada permulaan kehamilan masih terdapat korpus luteum graviditis sampai terbentuknya plasenta pada kira-kira kehamilan 16 minggu yang mengambil alih sekresi estrogen dan progesteron.
•ovulasi berhenti selama kehamilan
•pematangan folikel baru ditangguhkan dan hanya satu korpus luteum yang ditemukan dalam ovarium
•tuba fallopii mengalami hipertrofi
•epitel mukosa menjadi gepeng

e. Mammae (Payudara)
- Mamma mengalami pertumbuhan dan perkembangan sebagai persiapan memberi ASI pada saat laktasi.
- Hormon somatomammotropin: membuat mammae memembesar dan tegang, serta mempengaruhi pertumbuhan sel-sel asinus dan menimbulkan perubahan dalam sel –sel sehingga terjadi pembuatan kasein, laktalnumin dan laktoglobulin untuk persiapan laktasi.
- Estrogen dan Progesteron akan tetap belum mengeluarkan air susu.
- Estrogen menimbulkan hipertrofi sistem saluran
- Progesteron menambah sel-sel asinus pada mamma.
- Dibawah pengaruh progeteron dan somatomammotropin , terbentuk lemak disekitar kelompok-kelompok alveolus sehingga mamma menjadi lebih besar.
- Pada kehamilan 12 minggu keatas dari putting susu dapat keluar cairan berwarna putih agak jernih disebut kolostrum.
- Meskipun kolostrum telah dapat dikeluarkan, pengeluaran air susu belum berjalan oleh karena prolaktin ini ditekan oleh PIH (prolactineinhibiting hormone).

Perubahan pada organ dan sistem dalam tubuh antara lain sebagai berikut
a. Sistem Kardiovaskular
- Sirkulasi darah ibu dalam kehamilan dipengaruhi oleh adanya sirkulasi ke plasenta, uterus yang membesar dengan pembuluh-pembuluh darah yang membesar pula.
Volume ibu dalam kehamilan bertambah secara fisiologik dengan adanya pencairan darah yang disebut hidremia.
- Karena pertambahan volume sel darah merah jauh lebih kecil dibandingkan peningkatan volume plasma, konsentrasi eritrosit dalam darah menurun sehingga kadar Hb turun. Walaupun kadar Hb turun menjadi kurang dari 12 gr/100ml, namun pada wanita hamil dianggap anemia fisilogik (10-12 gr/100ml).
Tekanan vena pada ekstremitas atas dan bawah cenderung naik setelah akhir trimester I. Vena tungkai mengalami distensi karena terjadi obstruksi aliran balik vena (venous return) akibat meningkatnya tekanan darah vena yang kembali ke uterus dan akibat tekanan mekanik dari uterus pada vena cava.
•Peningkatan curah jantung pada kehamilan 16 minggu sekitar 40-50% dari biasanya
•Peningkatan volume darah 25-30%, sel darah merah bertambah 20% yang menyebabkan hemodilusi
•Denyut nadi meningkat
•Cardiac output meningkat karena adanya peningkatan volume darah
•Terdapat sedikit peningkatan tekanan darah sampai umur kehamilan 30 minggu
•Peningkatan volume darah, bersamaan dengan distensi pada vena dan tekanan uterus menyebabkan oedema pada kaki, vulva dan saluran anal, sehingga beresiko terjadi varises vena dan sering hemoroid
•Posisi terlentang menyebabkan terjadinya supine hypotensi syndrome

Jumat, 20 Mei 2011

Asuhan Persalinan Neonatus dengan Jejas Persalinan

PENDAHULUAN
Trauma lahir merupakan trauma mekanik yang disebabkan kerena proses persalinan, dalam beberapa buku ada yang menyebutnya sebagai jejas persalinan dan cedera lahir. Terdapat bermacam – macam trauma lahir yaitu Caput succedaneum, Cephalhaematoma, trauma pada flexus brachialis, fraktur klavikula dan humerus. Trauma lahir yang paling sering terjadi adalah trauma pada kepala, dimana di dalam hand out ini yang akan dibahas adalah Cephalhaematoma, mulai dari pengertian Cephalhaematoma, penyebab terjadinya, tanda dan gejalanya serta bagaimana peran bidan dalam memberikan asuhan.


A. SEFALHEMATOMA
Pengetahuan tentang Sefalhematoma sangat penting dipelajari karena sebagai calon bidan nantinya apabila sudah berada ditengah masyarakat dan menolong persalinan, bukan tidak mungkin akan menjumpai kasus seperti ini sehingga dapat melakukan penanganan yang sesuai dengan standar asuhan kebidanan.

PENGERTIAN
Sefalhematoma adalah perdarahan subperiosteal akibat kerusakan jaringan periosteum karena tarikan atau tekanan jalan lahir dan tidak pernah melampaui sutura sagitalis / garis tengah.
Kelainan ini muncul beberapa jam setelah lahir dan cenderung membesar . Hilangnya agak lama yaitu sekitar 4 – 6 minggu (1-3 bulan).

Penyebab:
Hal – hal yang dapat menyebabkan terjadinya Cephalhaematoma adalah :
1.Tekanan jalan lahir yang terlalu lama pada kepala saat persalinan
- Tekanan yang lama pada jalan lahir saat persalinan akan menyebabkan
terjadinya cedera pada periosteum kranium. Insidennya terjadi 2.5 %
menurut tinjauan selama 10 tahun yang dilakukan oleh Thacker dkk (1987).
- Benturan yang berlebihan antara kepala bayi dengan lingkar tulang
panggul selama persalinan, jaringan yang lunak dan keras dari kepala
mengalami kerusakan sehingga periosteum mulai terkoyak dan disana
pengeluaran darah melambat yang akhirnya menyebabkan bengkak yang
besar. Bengkak ini tidak ada saat lahir.
- Beberapa Cephalhaematoma terjadi pada garis linear tulang kepala dimana
sebagian besar sembuh dengan baik. Tanda yang jelas dari fraktur adalah
daerah yang tertekan dari kepala bayi terutama yang melebihi tulang
parietal. Tipe perlukaan terjadi pada presentasi vertex tetapi bisa
juga berpengaruh pada tulang parietal ( bi – lateral Cephalhaematoma )
dan kadang terjadi pada tulang oksipital
2.Moulase yang terlalu keras/ berat sehingga selaput tengkorak robek.
3.Partus dengan tindakan :
-Forceps
-Vacum Ektraksi

Tanda dan Gejala:
Tanda – tanda dari Cephalhaematoma adalah sebagai berikut :
1.Bengkak pada kepala dan berwarna merah
2.Batasnya jelas
Adanya lesi periosteum dengan tepi yang jelas dan dapat diraba sehingga membedakan Cephalhaematoma dengan Caput succedaneum.
3.Teraba keras
4.Muncul beberapa jam setelah persalinan
5.Tidak melewati sutura sagitalis
6.Bersifat singular atau bilateral
7.Menetap selama 4 – 6 minggu

B. CAPUT SUKSADENUM
Caput suksadenum adalah pembengkakan yang edematosa atau kadang-kadang ekimotik dan difus dari jaringan lunak kulit kepala yang mengenai bagian yang telah dilahirkan selama persalinan verteks. Edema pada caput suksadenum dapat hilang pada hari pertama, sehingga tidak diperlukan terapi. Tetapi jika terjadi ekimosis yang luas, dapat diberikan indikasi fototerapi untuk kecenderungan hiperbilirubin.
Kadang-kadang caput suksadenum disertai dengan molding atau penumpangan tulang parietalis, tetapi tanda tersebut dapat hilang setelah satu minggu

C. FRAKTUR KLAVIKULA
Tanda dan gejala yang tampak pada bayi yang mengalami fraktur klavikula antara lain : bayi tidak dapat menggerakkan lengan secara bebas pada sisi yang terkena, krepitasi dan ketidakteraturan tulang, kadang-kadang disertai perubahan warna pada sisi fraktur, tidak adanya refleks moro pada sisi yang terkena, adanya spasme otot sternokleidomastoideus yang disertai dengan hilangnya depresi supraklavikular pada daerah fraktur.

D. TRAUMA FLEKSUS BRAKIALIS
Jejas pada pleksus brakialis dapat menyebabkan paralisis lengan atas dengan atau tanpa paralisis lengan bawah atau tangan, atau lebih lazim paralisis dapat terjadi pada seluruh lengan. Jejas pleksus brakialis sering terjadi pada bayi makrosomik dan pada penarikan lateral dipaksakan pada kepala dan leher selama persalinan bahu pada presentasi verteks atau bila lengan diekstensikan berlebihan diatas kepala pada presentasi bokong serta adanya penarikan berlebihan pada bahu.

Tanda dan Gejala pada Trauma Flaksus Brakialis
Tanda dan gejala yang mungkin muncul pada brakialis palsi adalah sebagai berikut :
1.Gaguan motorik pada lengan atas
2.Lengan atas pada kedudukan ekstensi dan abduksi
3.Jika anak diangkat, lengan akan tampak lemasdan menggantung
4.Refleks moro negative
5.Refleks meraih gengan tangan tidak ada

Trauma pleksus brakialis dapat mengakibatkan paralisis Erb-Duchenne dan paralisis Klumpke. Bentuk paralisis tersebut tergantung pada saraf servikalis yang mengalami trauma.

Pengobatan pada trauma pleksus brakialis terdiri atas imobilisasi parsial dan penempatan posisi secara tepat untuk mencegah perkembangan kontraktur.


E. FRAKTUR HUMERUS
Pada fraktur humerus ditandai dengan tidak adanya gerakan tungkai spontan, tidak adanya reflek moro.

Penangan pada fraktur humerus dapat optimal jika dilakukan pada 2-4 minggu dengan imobilisasi tungkai yang mengalami fraktur.

Sumber:http://meida.staff.uns.ac.id/

HIPOTERMI

I.Pengertian
Hipotermi adalahsuatukeadaan dimana suhu tubuh bayi turun dari Suhu optimal dengan rentang terendah 36,5C dan tertinggi 37,5 C

II.Penyebab
1.Pertolongan dan perawatan yang tidak tepat segera setelah lahir, seperti:
a.Terlalu cepat memandikan bayi (khususnya bayi resiko).
b.Terlambat membungkus bayi.
c.Dipisahkannya bayi dari ibu segera setelah lahir.
2.Suhu kamar bersalin dan kamar bayi rendah.
3.Bayi kurang bulan/ bayi baru lahir rendah.
4.Asfiksia/hipoksia.
5.Infeksi.
6.Trauma jalan lahir (intrakranial).
7.Rujukan bayi yang tidak mempertahankan kehangatan bayi.

III.Mekanisme Kehilangan Panas Pada Bayi Baru Lahir.
Begitu proses kelahiran terjadi bayi pindah dari kehidupan intra uterin ke ektra uterin, bayi baru lahir yang basah akan kehilangan panas badan dan mengalami penurunan suhu tubuh sebanyak 2 - 4.Kehilangan panas badan terutama terjadi dalam 10 – 20 menit setelah lahir melalui 4 cara yaitu :
1.Evaporasi
Kehilangan panas badan melalui penguapan dari kulit tubuh yang basah ke udara, karena bayi baru lahir diselimuti oleh air/cairan ketuban/amnion. Proses ini terjadi apabila BBL tidak segera dikeringkan setelah lahir. Keadaan ini dapat pula terjadi kemudian pada saat bayi dimandikan. Proses evaporasi dapat dicegah apabila BBL segera dikeringkan setelah lahir.
2.Konduksi
Kehilangan panas badan melalui kontak langsung antara kulit bayi dengan benda atau permukaan dimana bayi diletakkan dengan suhu yang lebih dingin, contoh terjadinya kehilangan panas melalui konduksi seperti bayi ditempatkan langsung pada meja,perlak,timbangan, lebih-lebih ditempat yang terbuat dari logam.
3.Konveksi
Kehilangan panas badan bayi melalui aliran udara sekitar bayi yang lebih dingin. Misalnya bayi dilahirkan di kamar yang pintu dan jendela terbuka, ada kipas/AC yang dihidupkan.
4.Radiasi
Kehilangan panas badan bayi melalui pemancaran/radiasi dari tubuh bayi ke lingkungan sekitar bayi yang lebih dingin, misalnya suhu kamar bayi/ kamar bersalin dibawah 25C, lebih-lebih jika dinding kamarnya lebih dingin karena bahannya dari keramik/marmer.

IV.Penatalaksanaan Hipotermia Pada bayi Baru Lahir
Untuk mencegah hipotermi pada dasarnya adalah tetap mempertahankan kehangatan bayi dari lingkungan intra uterin ke ekstra uterin baik selama proses persalinan dan perawatan selanjutnya pada periode neonatal dengan “rantai hangat”:
1.Segera mengeringkan bayi setelah lahir dan menghangatkannya didalam inkubator atau melalui penyinaran lampu.
2.Merawat bayi bersama ibunya dan menhangatkan bayi melalui panas tubuh ibu. Bayi diletakkan telungkup di dada ibu agar terjadi kontak langsung antara ibu dan bayi (mEtode kangguru).
3.Bila tubuh bayi masih dingin, gunakan selimut/kain hangat yang disertai terlebih dahulu digunakan untuk menutupi tubuh bayi dan ibu, lakukanlah berulangkali sampai tubuh bayi hangat.
4.Menjaga bayi tetap hangat dan aman dalam perjalanan selama rujukan/pemindahan bayi.
5.Bayi harus diberikan ASI sedikit-sedikit sesering mungkin.

HIPEREMESIS GRAVIDARUM

Mual dan muntah merupakan gejala yang wajar ditemukan pada kehamilan triwulan pertama. Biasanya mual dan muntah terjadi pada pagi hari sehingga sering dikenal dengan morning sickness. Sementara setengah dari wanita hamil mengalami morning sickness, 1,5 – 2 % mengalami hiperemesis
gravidarum.

Pengertian Hiperemesis gravidarum adalah mual muntah berlebihan sehingga menimbulkan gangguan aktivitas sehari-hari dan bahkan dapat membahayakan kehidupan.
Hiperemesis gravidarum sendiri adalah mual dan muntah hebat dalam masa kehamilan yang dapat menyebabkan kekurangan cairan, penurunan berat badan, atau gangguan elektrolit sehingga mengganggu aktivitas sehari-hari dan membahayakan janin di dalam
kandungan. Pada umumnya HG terjadi pada minggu ke 6 - 12 masa kehamilan, yang dapat berlanjut sampai minggu ke 16 – 20 masa kehamilan.

Penyebab
Penyebab dari hiperemesis gravidarum belum diketahui namun beberapa faktor
yang dapat menimbulkan hiperemesis gravidarum adalah sebagai berikut :
1)Kemungkinan vili korialis masuk kedalam darah.
2)Adanya factor alergi.
3)Adanya factor predis posisi,seperti primigravida dan pver distensi rahim.
4)Adanya factor psikologis,seperti ketidakharmonisan dalam rumah tangga,kehamilan yang tidak diinginkan ,atau ketidaksiapan untuk memiliki anak (takut untuk hamil).
5)Kegemukan juga mengalami peningkatan risiko HG. Faktor risiko terjadinya hiperemesis gravidarum, diantaranya adalah :
- Level hormon ß-hCG yang tinggi. Hormon ini meningkat cepat pada triwulan
pertama
- Kehamilan dan dapat memicu bagian dari otak yang mengontrol mual dan
muntah
- Peningkatan level estrogen. Mempengaruhi bagian otak yang mengontrol
mual dan muntah
- Perubahan saluran cerna. Selama kehamilan, saluran cerna terdesak karena
memberikan ruang untuk perkembangan janin. Hal ini dapat berakibat
refluks asam (keluarnya asam dari lambung ke tenggorokan) dan lambung
bekerja lebih lambat menyerap makanan sehingga menyebabkan mualdan muntah
- Faktor psikologis. Stress dan kecemasan dapat memicu terjadinya morning
sickness
- Diet tinggi lemak. Risiko HG meningkat sebanyak 5 kali untuk setiap
penambahan 15 g lemak jenuh setiap harinya
- Helicobacter pylori. Penelitian melaporkan bahwa 90% kasus kehamilan
dengan HG juga terinfeksi dengan bakteri ini, yang dapat menyebabkan
luka pada lambung

Derajat hiperemesis gravidarum
Hiperemesis gravidarum terbagi atas beberapa derajat sesuai dengan tanda dan gejala yang dialaminya,yaitu :
Derajat 1
- Muntah terus menerus (muntah > 3-4 kali/hari, dan mencegah dari masuknya makanan atau minuman selama 24 jam) yang menyebabkan ibu menjadi lemah, tidak ada nafsu makan, berat badan turun (2-3kg dalam 1-2 minggu), nyeri ulu hati, nadi meningkat sampai 100x permenit, tekanan darah sistolik
menurun, tekanan kulit menurun dan mata cekung

Derajat 2
Penderita tampak lebih lemah dan tidak peduli pada sekitarnya, nadi kecil dan cepat, suhu kadang- kadang naik dan mata sedikit kuning. Berat badan turun dan mata menjadi cekung, tekanan darah turun,pengentalan darah, urin berkurang, dan sulit BAB. Pada napas dapat tercium bau aseton

Derajat 3
Keadan umum lebih parah, muntah berhenti, kesadaran menurun sampai koma, nadi kecil dan cepat,suhu meningkat, dan tekanan darah turun. Pada jabang bayi dapat terjadi ensefalopati Wernicke dengan gejala: nistagmus, penglihatan ganda, dan perubahan mental. Keadaan ini akibat kekurangan zat
makanan termasuk vitamin B kompleks. Jika sampai ditemukan kuning berarti sudah ada gangguan hati

Pemeriksaan Penunjang
Pemeriksaan penunjang yang diperlukan adalah pemeriksaan laboratorium meliputi pemeriksaan keton urin (air seni), serta elektrolit darah.

Tatalaksana
- Tatalaksana hiperemesis gravidarum sangat beragam tergantung dari beratnya gejala yang terjadi.
- Tatalaksana dini dapat berpengaruh baik pada pasien. Ketika menatalaksana ibu dengan HG,pencegahan serta koreksi kekurangan nutrisi adalah prioritas utama agar ibu dan bayi tetap dalam keadaan sehat.
- Pasien dapat dirawat karena mual dan muntah yang berlebihan disertai koreksi untuk gangguan elektrolit dan cairan. Pemberian nutrisi oral (melalui mulut) dapat diberikan pada pasien secara perlahan-lahan, dimulai dengan makanan cair, kemudian meningkat menjadi makanan padat dalam porsi kecil yang kaya akan karbohidrat.

Saran-saran yang diberikan pada ibu yang mengalami HG adalah:
- Menyarankan ibu hamil untuk mengubah pola makan menjadi lebih sering dengan porsi kecil
- Menganjurkan untuk makan roti kering atau biskuit dan teh hangat dan menghindari makanan berminyak serta berbau lemak
- Jika dengan cara diatas tidak ada perbaikan maka ibu hamil tersebut diberi obat penenang,vitamin B1 dan B6, dan antimuntah
- Perawatan di Rumah sakit bila keadaan semakin memburuk
- Cairan infus yang cukup elektrolit, karbohidrat dan protein. Bila perlu ditambahkan vitamin B kompleks, vitamin C, dan kalium
- Terapi psikologis apabila penanganan dengan pemberian obat dan nutrisi yang adekuat tidak memberikan respon

Pencegahan
Wanita yang mulai mengkonsumsi vitamin sejak kehamilan dini dapat menurunkan risiko hiperemesis gravidarum. Satu kali gejala HG muncul, maka perlu penatalaksanaan sejak dini agar tidak terjadi
perburukan.


Bahan Makalah Mahasiswa Tk.I Kelas Ib STIKes Mitra RIA Husada Cibubur
sumber:
http://adulgopar.files.wordpress.com/2009/12/hiperemesis-gravidarum-hg.pdf
Sulistyawati, Ari.2009.Asuhan Kebidanan Pada Masa Kehamilan.Jakarta: Salemba Medika.

KEBUTUHAN PSIKOLOGIS PADA KEHAMILAN

PENDAHULUAN
Kehamilan adalah suatu krisis maturitas yg dpt menimbulkan stres, tetapi berharga krn wanita tersebut menyiapkan diri utk memberi perawatan & mengemban tanggung jawab yg lebih besar
Utk menghadapi peran baru, wanita tsb mengubah konsep dirinya supaya dia siap menjadi orang tua
Psikologi ibu hamil sangatlah unik & sensitif, oleh karena itu dukungan yg diberikan harus serius & maksimal

Mencakup:
A. Support keluarga Dan Support dari tenaga kesehatan
Support keluarga dan tenaga kesehatan sangat diperlukan oleh ibu hamil sebagai upaya untuk meringankan semua ketidaknyamanan karena perubahan fisik dan psikologis.
Keluarga dapat memberikan dukungan dengan memberi perhatian yang cukup pada ibu, menciptakan suasana yang aman dan menyenangkan dan bersama-sama merencanakan persalinan dan mengantisipasi kalau terjadi komplikasi.
Tenaga kesehatan dapat memberi dukungan dengan mendengarkan setiap keluhan ibu, membantu untuk Menyikapi semua keluhan yang dirasakan, bersama-sama membicarakan tentang rencana kelahiran, dan memberikan penkes sesuai kebutuhan dan waktu yang tepat.
Orang yg paling penting bagi seorang wanita hamil biasanya ialah ayah sang anak (Richardson, 1983).
Bukti menunjukkan bahwa wanita yg diperhatikan & dikasihi oleh pasangannya selama hamil akan menunjukkan lebih sedikit gejala emosi & fisik, serta komplikasi persalinan & lebih mudah melakukan penyesuaian selama masa nifas (Grossman, at all.1980).
* Dua kebutuhan utama yg ditunjukkan selama ia hamil (Richardson,1983) :
Menerima tanda – tanda bahwa ia dicintai & dihargai
Merasa yakin akan penerimaan pasangannya thd sang anak & mengasimilasi
bayi tersebut ke dlm keluarga.

B. Rasa aman dan nyaman selama kehamilan
Tenaga kesehatan harus senantiasa mendengarkan dan membicarakan tentang berbagai macam keluhan ibu dan selalu berusaha untuk membantu dan mencari cara untuk mengatasinya, sehingga ibu dapat menikmati kehamilan dan melalui setiap perubahan yang terjadi dengan aman, nyaman dan menyenangkan. Keluarga dapat memberikan perhatian dan dukungan yang cukup sehingga dengan keberadaannya ibu merasa aman, nyaman dan tidak sendiri dalam menghadapi kehamilannya.

C. Persiapan menjadi orang tua
Persiapan utk menjadi orang tua hrs direncanakan sedini mungkin diantaranya:
Bersama dgn pasangan selama kehamilan & saat melahirkan utk saling berbagi pengalaman yg unik ttg setiap kejadian yg dialami oleh masing-masing
Berdiskusi dgn pasangan ttg apa yg akan dilakukan utk menghadapi status sbg orang tua, seperti :
- Akomodasi bagi calon bayi
- Menyiapkan tambahan penghasilan
- Bagaimana nanti apabila nanti bila tibanya saat ibu hrs kembalibekerja
- Apa saja yg diperlukan utk merawat bayi ?
- Hubungan ini dpt memperkokoh perasaan diantara pasangan, bahwa memiliki
bayi berarti saling membagi tugas.
- Persiapan psikologis dlm menghadapi perubahan status dr hanya hidup
berdua dgn pasangan, sekarang dtg anggota baru yg memiliki berbagai
keunikan.

D. Persiapan sibling
Berbagai cara dapat dilakukan oleh ibu dan keluarga untuk mempersiapkan sibling sehingga anak tidak merasa tersisih dan terabaikan dengan adanya kehadiran calon adiknya. Ibu dapat tetap memberikan perhatian yang cukup pada sang kakak, perkenalkan calon adik ketika usia kehamilan sudah agak besar sehingga dia tidak bosan menunggu kelahiran adiknya. Ajak sang kakak untuk menjenguk ibu dan adiknya di RS dan berikan hadiah kecil, dan katakan bahwa ini dari adik barunya.
Utk mempersiapkan sang kakak dlm menerima kehadiran adiknya dpt dilakukan dgn :
-Ceritakan mengenai calon adik yg disesuaikan dgn usia & kemampuannya utk
memahami, tp tdk pd usia kehamilan muda krn anak akan cepat bosan
-Jgn sampai dia mengetahui ttg calon adiknya dr orang lain
-Biarkan dia merasakan gerakan & bunyi jantung adiknya.
-Gunakan gambar-gambar mengenai cara perawatan bayi
-Sediakan buku yg menjelaskan dgn mudah tentang kehamilan, persalinan &
perawatan bayi
-Menunjukkan foto anak semasa bayi, shg dpt membantunya membayangkan
kecilnya tubuh adiknya
-Mengajaknya menengok teman yg sedang memiliki bayi, shg anak dpt
menyentuhnya & melihat bagaimana bayi disusui, diganti pakaiannya, &
dimandikan
-Biarkan sang kakak membantu menyiapkan kamar & pakaian calon adiknya

sumber:
Neil,WR,. 2001. Panduan Lengkap Perawatan Kehamilan. Jakarta. Dian Rakyat.
Varney. H, 1997. Varney’s Midwifery, third EDITION, Jones And Barlett, New York, NY

ASUHAN PERSALINAN NORMAL 58 LANGKAH

Persalinan Normal
(dengan bahan tambahan Inisiasi Menyusui Dini)

Catatan : Perubahan terletak pada langkah 25-33, 43-45, dan 50, langkah dengan huruf italic adalah langkah yang tidak berubah.

Nilailah kinerja setiap langkah yang diamati menggunakan skala sebagai berikut:
1.Perlu perbaikan : Langkah tidak dikerjakan atau tidak sesuai dengan yang seharusnya atau urutannya tidak sesuai (jika harus berurutan)
2.Mampu : Langkah yang dikerjakan sesuai dengan yang seharusnya dan urutannya (jika harus berurutan). Pelatih hanya membimbing untuk sedikit perbaikan atau membantu untuk kondisi diluar normal.
3.Mahir : Langkah dikerjakan dengan benar, sesuai urutannya dan waktu kerja yang sangat efisien.

Kegiatan

I. Mengenali Gejala Dan Tanda Kala Dua
1.Mendengarkan dan Melihat adanya tanda persalinan Kala Dua
•Ibu merasa ada dorongan kuat dan meneran
•Ibu merasakan tekanan yang semakin meningkat pada rektum dan vagina
•Perineum tampak menonjol
•Vulva dan spinger ani terbuka

II. Menyiapkan Pertolongan Persalinan
2.Pastikan kelengkapan peralatan, bahan dan obat-obatan esensial untuk menolong persalinan dan menatalaksana komplikasi ibu dan bayi baru lahir. Untuk Asfiksia > tempat datar dak keras, 2 kain dan 1 handuk bersih dan kering, lampu sorot 60 watt dengan jarak 60 cm dari tubuh bayi.
•Menggelar kain diatas perut ibu dan tempat resusitasi serta ganjal bahu
bayi
•Menyiapkan oksitosin 10 unit dan alat suntik steril sekali pakai didalam
partus set
3.Pakai celemek plastik
4.Melepaskan dan menyimpan semua perhiasan yang dipakai, cuci tangan dengan sabun dan air bersih mengalir kemudian keringkan tangan dengan tissu atau handuk pribadi yang bersih dan kering
5.Pakai sarung tangan DTT pada tangan yang akan digunakan untuk periksa dalam
6.Masukan oksitosin ke dalam tabung suntik (gunakan tangan yang memakai sarung tangan DTT dan steril, pastikan tidak terjadi kontaminasi pada alat suntik)

III. Memastikan Pembukaan Lengkap dan Keadaan Janin Baik
7.Membersihkan vulva dan perineum, menekannya dengan hati-hati dari depan kebelakang dengan menggunakan kapas atau kasa yang dibahasi dengan air DTT
•Jika introitus vagina, perineum atau anus terkontaminasi tinja, bersihkan
dengan seksama dari arah depan kebelakang
•Buang kapas atau kain pembersih (terkontaminasi) dalam wadah yang tersedia
•Ganti sarung tangan jika terkontaminasi (dekontaminas, lepaskan dan
rendam dalam larutan klorin 0,5% > langkah #9)
8.Lakukan periksa dalam untuk memastikan pembukaan lengkap
•Bila selaput ketuban dalam pecah dan pembukaan sudah lengkap maka lakukan
amniotomi
9.Dekontaminasi saerung tangan dengan cara mencelupkan tangan yang masih
memakai sarung tangan kedalam larutan 0,5% selama 10 menit. Cuci kedua
tangan secara sarung tangan dilepaskan.
10.Periksa denyut jantung janin (DJJ) setelah kontraksi/saat relaksasi uterus untuk memastikan bahwa DJJ dalam batas normal (120-160x/menit)
•Mengambil tindakan yang sesuai jika DJJ tidak normal
•Mendokumentasikan hasil-hasil pemeriksaan dalam, DJJ dan semua hasil
hasil penilaian serta asuhan lainnya pada partograf

IV.Menyiapkan ibu dan Keluarga Untuk membantu proses bimbing meneran
11.Beritahukan bahwa pembukaan sudah lengkap dan keadaan janin baik dan bantu ibu dalam menemukan posisi yang nyaman dan sesuai dengan keinginannya.
•Tunggu hingga timbul rasa ingin meneran, lanjutkan pemantauan kondisi dan
kenyamanan ibu dan janin (ikuti pedoman pelaksanaan fase aktif) dan
dokumentasikan semua temuan yang ada.
•Jelaskan pada anggota keluarga tentang bagaimana peran mereka untuk
mendukung dan memberi semangat pada ibu untuk meneran secara benar.
12.Minat keluarga membantu menyiapkan posisi meneran (Bila rasa ingin meneran dan terjadi kontraksi yang kuat, bantu ibu keposisi setengah duduk atau ke posisi lain yang diinginkan dan pastikan ibu merasa nyaman)
13.Laksanakan Bimbingan meneran pada saat ibu merasa ada dorongan kuat untuk meneran
•Bimbingan ibu agar dapat meneran secara benar dan efektif
•Dukung dan beri semangat pada saat meneran dan perbaiki cara meneran
apabila caranya tidak sesuai
•Bantu ibu mengambil posisi yang nyaman sesuai pilihannya (kecuali posisi
berbaring terlentang dalam waktu yang lama)
•Anjurkan ibu untuk beristirahat diantara kontraksi
•Anjurkan keluarga memberi dukungan dan semangat untuk ibu
•Berikan cukup asupan cairan peroral (minum)
•Menilai DJJ setiap kontraksi uterus selesai
•Segera rujuk jika bayi belum atau tidak akan segera lahir setelah 120
menit (2 jam) meneran (primigravida) atau 60 menit (1 jam) meneran(multigravida)
14.Anjurkan ibu untuk berjalan, berjongkok atau mengambil posisi yang nyaman, jika ibu belum merasa ada dorongan untuk meneran dalam 60 menit.

V.Persiapan Pertolongan Kelahiran Bayi
15.Letakan handuk bersih (untuk mengeringkan bayi) diperut ibu, jika kepala bayi telah membuka vulva dengan diameter 5-6 cm
16.Letakan kain bersih yang dilipat 1/3 bagian dibawag bokong ibu
17.Buka tutup partus set dan perhatikan kembali kelengkapan alat dan bahan
18.Pakai sarung tangan DTT pada kedua tangan

VI.Persiapan Pertolongan Kelahiran Bayi
Lahirnya kepala bayi
19.Setelah tampak kepala bayi dengan diameter 5-6 cm, membuka vulva maka lindungi perineum dengan satu tangan yang dilapisi dengan kain bersih dan kering. Tangan yang lain menahan kepala bayi untuk menahan posisi defleksi dan membantu lahirnya kepala. Anjurkan ibu untuk meneran perlahan atau bernafas cepat dan dangkal.
20.Periksa kemungkinan adanya lilitan tali pusat dan ambil tindakan yang sesuai jika hal itu terjadi, dan segera lanjutkan proses kelahiran bayi.
21.Tunggu kepala bayi melakukan putaran paksi luar secara spontan

Lahirnya Bahu
22.Setelah kepala melakukan putaran paksi luar, pegang secara biparental. Anjurkan ibu untuk meneran saat kontraksi. Dengan lembut gerakan kepala kearah bawah dan distal hingga bahu depan muncul dibawah arkus pubis dan kemudian gerakan arah atas dan distal untuk melahirkan bahu belakang.

Lahirnya Badan dan Tungkai
23.Setelah kedua bahu lahir, geser tangan bawah kearah perineum ibu untuk menyanggah kepala, lengan dan siku sebelah bawah. Gunakan tangan atas untuk menelusuri dan memegang lengan dan siku sebelah atas
24.Setelah tubuh dan lengan lahir, penelusuran tangan atas berlanjut kepunggung, bokong, tungkai dan kaki. Pegang kedua mata kaki (masukan telunjuk diantara kaki dan pegang masing-masing kaki dengan ibu jari dan jari-jari lainnya.

VII.Penanganan Bayi Baru Lahir
25.Lakukan Penilaian (selintas)
a.Apakah bayi menangis kuat dan/atau bernafas tanpa kesulitan?
b.Apakah bayi bergera aktif?
Jika bayi tidak menangis, tidak bernafas atau mengap-mengap lakukan langkah resusitasi (lanjut kelangkah resusitasi pada asfiksia bayi baru lahir)
26.Keringkan tubuh bayi
•Keringkan bayi mulai dari muka, kepala bagian tubuh lainnya kecuali bagian tangan tanpa membersihkan verniks. Ganti handuk basah dengan handuk/kain yang kering. Biarkan bayi diatas perut ibu.
27.Periksa kembali uterus untuk memastikan tidak ada lagi bayi dalam uterus (hamil tunggal)
28.Beritahu ibu bahwa ia akan disuntik oksitosin agar uterus berkontraksi baik
29.Dalam waktu 1 menit setelah bayi lahir, suntikan oksitosin 10 unit IM (intramuskuler) di 1/3 paha atas bagian distal lateral (lakukan aspirasi sebelum menyuntikan oksigen)
30.Setelah 2 menit pasca persalinan, jepit tali pusat dengan klem kira-kira 3 cm dari pusat bayi. Mendorong tali pusat kearah distal (ibu) dan jepit kembali tali pusat pada 2 cm disatal dari klem pertama
31.Pemotongan dan pengikatan tali pusat
•Dengan satu tangan, pegang tali pusat yang telah dijepit (lindungi perut
bayi) dan lakukan pengguntingan tali pusat diantara 2 klem tersebut.
•Ikat tali pusat dengan benang DTT atau steril pada satu sisi kemudian
melingkarkan kembali benang tersebut dan mengikatnya dengan simpul kunci
dengan sisi lainnya
•Lepaskan klem dan masukan dalam wadah yang telah disediakan
32.Letakan bayi agar ada kontak kulit ibu kekulit bayi, letakan bayi tengkurap di dada ibu. Luruskan bahu bayi sehingga bayi menempel di dada/perut ibu. Usahakan kepala bayi berada diantara Payudara ibu dengan posisi lebih rendah dari putting payudara ibu
33.Selimuti ibu dan bayi dengan kain hangat dan pasang topi dikepala bayi.

VIII.Penatalaksanaan Aktif Persalinan Tiga
34.Pindahkan klem pada tali pusat hingga berjarak 5-10 cm dari vulva
35.Letakan satu tangan diatas kain pada perut ibu, ditepi atas simfisis, untuk mendeteksi. Tangan lain menegangkan tali pusat
36.Setelah uterus berkontraksi, tegangkan tali pusat kearah bawah sambil tangan yang lain mendorong uterus kearah belakang – atas (dorso kranial) secara hati-hati (untuk mencegah inversio uteri). Jika placenta tidak lahir setelah 30-40 detik, hentikan penegangan tali pusat dan tunggu hingga timbul kontraksi berikutnya dan ulangi prosedur diatas
•Jika uterus tidak segera berkontraksi, minta ibu, suami atau anggota
keluarga untuk melakukan stimulasi puting susu

Mengeluarkan Plasenta
37.Lakukan penegangan dan dorongan dorso kranial hingga plasenta terlepas, minta ibu meneran sambil penolong menarik tali pusat dengan arah sejajar lantai dan kemudian kearah atas, mengikuti proses jalan lahir (tetap lakukan tekanan dorso kranial)
•Jika tali pusat bertambah panjang, pindahkan klem hingga berjarak sekitar 5-10 cm dari vulva dan lahirkan placenta
•Jika placenta tidak lepas setelah 15 menit menegangkan tali pusat :
1.Beri dosis ulangan oksitosin 10 unit IM
2.Lakukan katerisasi (aseptik) jika kandung kemih parah
3.Minta keluarga untuk menyiapkan rujukan
4.Ulangi penegangan tali pusat 15 menit berikutnya
5.Jika plasenta tidak lahir dalam 30 menit setelah bayi lahir atau bila
terjadi perdarahan segera lakukan plasenta manual.
38.Saat plasenta muncul di introitus vagina, lahirkan plasenta dengan kedua tangan. Pegang dan putar plasenta hingga selaput ketuban terpilih kemudian lahirkan dan tempatkan plasenta pada wadah yang telah disediakan.
•Jika selaput ketuban robek, pakai sarung tangan DTT atau steril untuk
melakukan eksplorasi sisa selaput kemudian gunakan jari-jari tangan atau
klem DTT atau steril untuk mengeluarkan bagian selaput yang tertinggal.

Rangsangan Taktil (Masase) Uterus
39.Segera setelah plasenta dan selaput ketuban lahir, lakukan masase uterus, letakan telapak tangan di fundus dan lakukan masase dengan gerakan melingkar dengan lembut hingga uterus berkontraksi (fundus teraba keras)
•Lakukan tindakan yang diperlukan jika uterus tidak berkontraksi setelah
15 detik masase

IX.Menilai Perdarahan
40.Periksa kedua sisi plasenta baik bagian ibu maupun bayi dan pastikan selaput ketuban lengkap dan utuh. Masukan plasenta ke dalam kantung plastik dan tempat khusus
41.Evaluasi kemungkinan laserasi pada vagina dan perineum. Lakukan penjahitan bila laserasi menyebabkan perdarahan. Bila ada robekan yang menimbulkan perdarahan aktif segera lakukan penjahitan.

X.Melakukan Prosedur Pasca Persalinan
42.Pastikan uterus berkontraksi dengan baik dan tidak terjadi perdarahan pervaginam
43.Biarkan bayi tetap melakukan kontak kulit ke kulit dada ibu paling sedikit 1 jam
•Sebagian besar bayi akan berhasil melakukan inisiasi dini dalam waktu 30
60 menit. Menyusu pertama biasanya berlangsung sekitar 10-15 menit. Bayi
cukup menyusu dari satu payudara.
•Biarkan bayi berada di dada ibu selama 1 jam walaupun bayi sudah berhasil
menyusu
44.Setelah satu jam, lakukan penimbangan / pengukuran bayi, beri tetes mata antibiotik profilaksis dan vitamin K, 1 mg intramuskuler di paha kiri anterolateral.
45.Setelah satu jam pemberian Vitamin K, berikan suntikan imunisasi Hepatitis B dipaha kanan anterolateral.
•Letakan bayi didalam jangkauan ibu agar sewaktu waktu bisa disusunkan
•Letakan kembali bayi pada dada ibu, bila bayi belum berhasil menyusu
didalam satu jam pertama dan biarkan sampai bayi berhasil meyusu

Evaluasi
46.Lanjutkan pemantauan kontraksi dan mencegah perdarahan pervaginum
•2-3 kali dalam 15 menit pertama pasca persalinan
•Setiap 15 menit pada 1 jam pertama pasca persalinan
•Setiap 20-30 menit pasca persalinan
•Jika uterus tidak berkontraksi dengan baik, melakukan asuhan yang sesuai
untuk menatalaksanakan atonia uteri
47.Ajarkan ibu/keluarga cara melakukan masase uterus dan menilai kontraksi
48.Evaluasi dan estimasi jumlah kehilangan darah
49.Memeriksa nadi ibu dan keadaan kandung kemih setiap 15 menit selama 1 jam pertama pasca persalinan dan setiap 30 menit selama jam kedua pasca persalinan.
•Memeriksa temperatur tubuh ibu sekali setiap jam selama 2 jam pertama
pasca persalinan
•Melakukan tindalan yang sesuai untuk teman yang tidak normal
50.Periksa kembali bayi untuk pastikan bahwa bayi bernafas dengan baik (40-60 kali/menit) serta suhu tubuh normal (36, 5-37, 5).

Kebersihan dan Keamanan
51.Tempatkan semua peralatan bekas pakai dalam larutan klorin 0,5% untuk dikontaminasi (10 menit). Cuci dan bilas peralatan setelah di dekontaminasi
52.Buang bahan-bahan yang terkontaminasi ketempat yang sesuai
53.Bersihkan ibu dengan menggunakan air DTT. Bersihkan sisa cairan ketuban, lendir dan darah. Bantu ibu memakai pakaian yang bersih dan kering.
54.Pastikan ibu merasa aman dan nyaman. Bantu ibu memberikan ASI. Anjurkan keluarga untuk memberi ibu minuman dan makanan yang diinginkan
55.Dekontaminasi tempat bersalin dengan larutan klorin 0,5%
56.Celupkan sarung tangan kotor kedalam larutan klorin 0,5% balikan bagian dalam keluar dan rendam dalam larutan klorin 0,5% selama 10 menit
57.Cuci kedua tangan dengan sabun dan air mengalir

Dokumentasi
58.Lengkapi partograf (halaman depan dan belakang), periksa tanda-tanda vital dan asuhan kala IV.

sumber:

Kunjungan Ulang Pemeriksaan Kehamilan

PENGERTIAN
Kunjungan ulang adalah: setiap kali kunjungan antenatal yang dilakukan setelah kunjungan antenatal pertama. Kunjungan antenatal minimal 4 kali selama kehamilan ( 1X trimester pertama, 1X trimester kedua, 2X trimester ketiga.
Pengertian menurut Varney 1997 adalah setiap kali kunjungan antenatal yang di lakukan setelah kunjungan antenatal pertama memasuki persalinan .

Tujuan kunjungan ulang difokuskan pada pendeteksian komplikasi, mempersiapkan kelahiran, dan kegawatdaruratan.

Jadwal kunjungan ulang sebaiknya :
- Sampai dengan 28 mg usia kehamilan, setiap 4 mg.
- Antara 28-36 mg usia kehamilan, setiap 2 mg.
- Antara 36 mg sampai kelahiran, setiap minggu.

Isi kunjungan ulang yang harus dilakukan adalah :
a.Riwayat kehamilan sekarang
 Gerakan janin
 Setiap masalah atau tanda-tanda bahaya
 Keluhan-keluhan lazim dalam kehamilan
 Kekhawatiran-kekhawatiran lain
Selama pengambilan riwayat, bidan tetap membina hubungan saling percaya dengan ibu dan keluarganya.

b.Pemeriksaan fisik
 Berat badan
 Tekanan darah
 Pemeriksaan ekstermitas bawah (oedema, refleks tendon, varicositis dan
tanda homan)
 Pengukuran tinggi fundus uteri (setelah 12 mg dengan palpasi, setelah
22 mg dengan pita ukuran)
 Maneuver Leopold untuk mendeteksi kelainan letak (setelah 36 mg)
 DJJ (setelah 18 mg)
Penelitian membuktikan bahwa pemeriksaan tekanan darah secara rutin merupakan cara yang efektifuntuk mendeteksi preeklampsi. Penelitian juga membuktikan bahwa perkembangan bayi dapat dimonitor dengan menggunakan pengukuran tinggi fundus.

c.Pemeriksaan laboratorium
 Protein urin
Hasil penelitian menunjukkan bahwa penapisan rutin protein urin merupakan cara efektif mendeteksi preeklampsi.

d.Pemeriksaan panggul
 Lakukan pelvimetri klinis pada akhir trimester III jika panggul perlu
dievaluasi kembali
 Lakukan pemeriksaan vagina jika ada indikasi/ ibu memiliki tanda-tanda
kurang bulan.